Perasaan, kedewasaan dan kebodohan !

Berbeda antara perasaan dan cinta. Sebab perasaan atau rasa mempunyai cakupan yang sangat luas, dan cinta ada di dalamnya. Cinta adalah bagian dari rasa, yang sangat tinggi nilainya. Sebab cinta adalah hidup manusia, maka tanpa cinta, perlu dipertanyakan lagi tentang hidup manusia itu sendiri. Jadi tanpa cinta, terus mau kemana hidup manusia itu. Cinta adalah hidup dan hidup adalah cinta !

Ini berbeda dengan perasaan, yang didalam banyak mengandung sifat yang bermacam-macam wujudnya. Rasa atau perasaan bisa muncul sesuai jiwa yang berusaha mendorongnya dari dalam. Marah, benci, bosan, jenuh, senang dan lain sebagainya, akan bergantian muncul sesuai kebutuhan pemilik jiwa yang menginginkannya. Oleh sebab itu, perasaan, kebodohan dan kejelian punya pertalian yang erat ketika jiwa kita berusaha merespon sesuatu kejadian ataupun masalah.

Adalah kebodohan yang nyata, jika seseorang dengan mudah selalu dapat dipermainkan dengan perasaannya sendiri. Ini persis dengan anak kecil yang selama hidupnya akan selalu dipermainkan oleh perasaannya sebagai seorang anak. Mereka akan menangis atau malah mengamuk, hanya karena tidak dibelikan mainan atau tidak boleh jajan atau yang lainnya. Mereka tidak mau tahu kenapa mereka tidak dibelikan mainan, tidak boleh jajan atau yang lainnya. Yang jelas mereka merasa kecewa hanya karena keinginannya tidak diturutinya. Jikalau toh berusaha diberi pemahaman yang masuk akal sekalipun, mereka sulit memahaminya atau malah tidak mau tahu tentangnya.

Begitulah adanya mereka, yang kebetulan dalam perkembangannya, harus terlatih dengan perasaannya sendiri sebagai seorang anak. Mereka semua haruslah melalui tahapan tersebut, agar supaya, jika sudah remaja mulai bisa memahaminya. Memahaminya, akan adanya perasaan yang tidak harus dituruti begitu saja. Memahaminya, supaya mereka kemudian bisa membedakan, perasaan yang mana yang harus dipilihnya, supaya bisa dibedakan bahwa mereka bukanlah seorang anak lagi. Bukan sebagai seorang anak lagi, karena sudah mempunyai kemampuan dalam memilah-milah perasaannya. Memilah-milah perasaan yang baik dan seharusnya, dan bukan menuruti perasaan yang mungkin saja akan menyenangkan hatinya saja. Perasaan yang menyenangkan hatinya, yang tidak bisa dituruti karena sudah merasa dirinya bukanlah anak-anak lagi.

Lalu bagaimana jika mereka sudah dewasa namun masih menuriti naluri kekanak-kanakannya itu ? Yang masih tidak mampu mengendalikan perasaan yang selalu saja ingin diturutinya itu ? Yang selalu tidak berusaha menempatkan perasaan disamping perasaan yang lainnya ? Atau sudah dewasa namun tidak mampu mencoba merasakan perasaan orang lain yang kebetulan berada di dekatnya itu ? Kami sangat tidak bisa membayangkan jika dihadapan banyak orang dewasa, ada seorang yang sudah dewasa menangis meronta-ronta kepada orang tuanya, hanya belum bisa dibelikan sepeda motor yang sesuai keinginan itu ? Bagaimana kalau ini terjadi dalam kasus lainnya, namun sangat mirip kejadiannya, dan sangat disayangkan juga, ia masih tidak menyadarinya, tentang apa yang telah dilakukannya ?

Ini sangat berbeda dengan orang yang punya kejelian atau kemampuan mengendalikan diri dalam mengendalikan perasaannya untuk merespon sesuatu hal yang terjadi. Mereka adalah orang-orang yang mampu memahami masalah yang sedang terjadi pada dirinya. Demikian sehingga, kemudian mereka akan mampu memilah-milah akan perasaan mana yang harus ada dan perasaan mana yang harus tidak diturutinya. Mereka tahu tentang resiko atau efek yang akan terjadi jika dia menuruti apa saja perasaan yang seakan begitu kuat mendoronngnya itu.

Merekalah orang-orang yang selalu berhati-hati mengambil sikap dan tindakan. Sikap dan tindakan yang telah didorong oleh kekuatan perasaan yang saat itu ada dan berusaha mempengaruhinya. Dengan kehati-hatian itulah, mereka akan memilah-milah dan mempertimbangkan perasaan yang pantas dilakukan dan pantas untuk dikendalikan. Mereka juga tahu bahwa mengikuti perasaan saja, tidaklah membawa penyelesaian secara bijak dan pada tempatnya. Kemudian barulah mereka akan menentukan sikap dan tindakan, jikalau mereka sudah tahu dan memahami duduk permasalahan yang sedang dihadapinya.

Kemudaian selanjutnya, merekalah yang sudah mulai terpancar sinar kedewasaan dan kematangan yang muncul dalam dirinya. Merekalah yang akan selalu muncul dan hadir membawa kesejukan dan penuh kebijaksanaan. Penuh kebijaksanaan dan kesejukan ketika harus dihadapi dengan kejadian dan masalah yang menuntut saling pemahaman bersama. Saling bisa memahami akan keputusan sesulit apapun. Saling memahami, walaupun sikap itu takkan pernah mampu bisa melegakan semua perasaan yang ada disekitarnya. Saling memahami bahwa keputusan tentang masalah tersebut harus terjadi. Sehingga yang terjadi, seakan tidak perlu ada yang disakiti walaupun harus ada yang dikalahkan ataupun harus dirugikan.

Template by : Kendhin x-template.blogspot.com