cinta

Ditolak dan ditolak, sepertinya kata-kata itu tak asing lagi bagiku. Aku adalah pemuda dengan wajah pas-pasan, dengan penampilan apa adanya, atau lebih trendnydisebut slengek-an. Tiga kali dalam setahun ditolak oleh wanita yang sangat aku harapkan balasan cintanya, bukanlah hal yang asing bagiku. Dan itu tidak membuat aku jera untuk tetap mencari cinta, setiap kali aku berkata cinta, detik itu juga aku mendengar kata-kata “ aku gak bisa nerima kamu, kamu bukan tipe cowok idaman aku ! ”.
sekali memang, tapi harus bagaimana lagi itulah cerita yang harus aku jalani.
Semua orang berpikir bahwa aku adalah manusia tanpa rasa malu, tapi aku tetap dalam jalanku. Karena aku punya prinsip, tidak ada yang lebih tahu tentang diriku kecuali diriku sendiri. Hingga pada akhirnya aku bertemu seorang wanita, kebetulan dia satu kampus denganku, dia tidak begitu cantik, tapi dia punya sesuatu yang menarik hatiku. Seperti pria lainnya, aku tergoda dan terpana. Karena perasaan yang mulai terganggu karenanya, aku dia-diam menyelidiki tentang dia.Aku mencari informasi sebanyak-banyak tentang dia, baik itu dari teman dekatnya, dan bahkan dari pihak kampus. Aku jadi penasaran tentang apa yang membuat aku tertarik kepadanya.

Setahun telah berlalu, dan aku merasa sudah mengumpulkan cukup banyak data tentang dia. Aku memberanikan diri untuk kenalan, dia begitu cepat akrab denganku. Hampir setiap hari aku menelponnya dan mengirimkan puisi-puisi cinta, dan dia tidak pernah merasa terganggu. Aku semakin bingung, apa dia mempunyai rasa seperti apa yang aku rasa ? Sepertinya kali ini harapan itu ada, karena takut kehilangan kesempatan akhirnya aku putuskan untuk menyatakan cinta ini kepadanya. Dan ternyata jawabannya berbeda dengan wanita-wanita sebelumnya, tapi bukan berarti dia menerima cintaku.

“ Ini terlalu cepat ! aku butuh waktu untuk lebih kenal kamu, aku gak bisa ! Aku belum tahu seberapa besar keyakinan yang bisa aku percayakan ama kamu ! Kamu bisa ngertikan ? “

Aku terdiam dan tidak berkata-kata lagi, aku langsung pergi tanpa pamit. Saat itu aku merasa jadi lelaki paling bodoh di dunia ini, setelah itu aku tidak pernah menghubungi dia lagi. Aku selalu berusaha untuk tidak bertemu dia lagi, sedikitpun aku tidak merasa kecewa atas jawaban darinya. Aku hanya kecewa kepada diriku saat itu. Dan yang terpenting aku sudah bisa mengetahui apa yang membuat aku tertarik kepadanya, aku tertarik dengan pola pikirnya yang berbeda dengan wanita lain.

Satu bulan berlalu tanpa cerita tentang dia, hampa memang hari-hari kujalani. Tak ada lagi tempat untuk mencurahkan puisi-puisi cinta, mungkin dia sudah muak denganku dan sepertinya aku sudah mulai bosan berurusan dengan masalah wanita. Ternyata itu semua salah, dia mengirim e-mail kepadaku,

Sebelum Aku Tertidur

saat mata ini akan aku pejamkan
aku akan mengingat senyummu
aku akan menyebut namamu
aku akan berdoa kepada Tuhan
semoga esok mata ini masih bisa terbuka
untuk menatap senyum indahmu
dan aku tak akan bicara kepadamu
tentang semua rasa ini
biarlah tetap aku jaga dalam hatiku
karena itu akan lebih baik
untuk senyum indahmu dan untuk mataku
saat aku telah memejamkan mataku
aku tetap mengingat senyummu
aku tetap menyebut namamu
aku tetap berdoa kepada Tuhan
semoga esok mata ini masih terbuka
untuk menatap senyum indahmu
dan aku tak akan bicara kepadamu
tentang semua cinta ini
biarlah tetap aku jaga dengan bisu bibirku
karena itu akan lebih baik
saat aku telah membuka mataku kembali
aku masih mengingat senyummu
aku masih menyebut namamu
aku masih berdoa kepada Tuhan
semoga esok saat mata ini terpejam untuk selamanya
aku akan tetap mengingat senyummu
aku akan tetap menyebut namamu
dan aku tak akan bicara kepadamu
tentang semua kegilaan ini
karena itu akan lebih baik
untuk menjaga rasa cinta ini
kepadamu…

Dia mengirim kembali puisi yang pernah aku kirim padanya, aku sangat terkejut. Aku mengerti maksud hatinya, dia butuh semua bukti atas puisi-puisi yang pernah aku kirim padanya, dia butuh bukti atas semua kata cinta yang pernah aku ucapkan. Percaya diriku telah kembali, dengan penuh malu-malu aku menghampirinya saat pulang kuliah, aku meminta maaf padanya. Atas kebodohanku saat itu, menghilang seakan pecundang yang tidak mempunyai rasa tanggung jawab.

Aku memulai dari awal, berusaha untuk bisa meraih hatinya. Dengan perlahan dan penuh kesabaran, dengan harapan suatu saat nanti dia bisa mengerti tentang cinta ini. Hingga detik ini aku belum tahu apakah ada rasa cinta di hatinya untukku.

Template by : Kendhin x-template.blogspot.com